Minggu, 05 Desember 2010

65 persen Sulit Punya Anak Disebabkan Sperma Bermasalah

Jika bertahun-tahun belum dikaruniai anak, paradigma yang berkembang di masyarakat adalah kaum istri yang dipersalahkan atau sering juga dibilang mandul. Padahal belum tentu disebabkan oleh sang istri. Data World Health Organization (WHO) menunjukkan menyebutkan sekitar 35 – 40 persen masalah sulit punya anak disebabkan masalah sperma suami yang kualitasnya tidak baik. Hasil penelitian dari laboratorium Andrologi dari Morula IVF Jakarta baru-baru ini mendapatkan angka yang lebih besar lagi. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan sebesar 65 persen masalah kesulitan anak di Indonesia disebabkan oleh permasalahan sperma suami.

Umumnya masalah sperma yang dialamai adalah berkaitan dengan kualitas sperma yang tidak baik. Untuk mengetahui kualitas sperma, sebaiknya seorang pria melakukan analisa sperma yang sesuai dengan standar yang ditetapkan WHO . Berikut adalah faktor penting berdasarkan kriteria WHO mengenai kualitas sperma itu baik atau tidak:

1. Konsentrasi atau jumlah dari sperma. Minimal jumlah sperma yang baik adalah 20 juta per cc.
2. Motilitas atau pergerakan sperma. Mortalitas sperma yang baik adalah minimal 50 persen pergerakan sperma, baik itu pergerakan cepat maupun pergerakan biasa.
3. Morfologi atau bentuk dari sperma. Sperma yang baik adalah sperma yang bentuknya minimal normal 30 persen.

Ada beberapa faktor mengapa sperma pria tidak bagus kualitasnya, antara lain:

1. Lingkungan hidup pria yang tidak baik menyebabkan kualitas sperma seorang pria menjadi tidak baik. Hal ini menarik kalau dilihat dari kualitas hidup pria yang berada di kota besar seperti Jakarta. Dapat kita ambil contoh seperti merokok, polusi, kurang olah raga dan gaya konsumsi pangan yang tidak sehat
2. Perkembangan testis yang tidak baik, sangat berpengaruh pada jumlah sperma yang dihasilkan akan semakin sedikit.
3. Penggunaan celana dalam yang terlalu ketat dapat menyebabkan jumlah sperma yang dihasilkan testis menjadi berkurang, bahkan penggunaan celana dalam yang ketat juga dapat mengganggu pergerakan sperma, akibatnya kualitas spermanya menjadi tidak baik.
4. Panas yang berlebihan di daerah kemaluan
5. Terjadinya varikokel atau pembesaran pembuluh darah di daerah testis, yang meningkatkan temperatur skrotum dan akibatnya jumlah sperma yang dihasilkan berkurang.
6. Faktor Genetik, dimana dari awal testis pria tersebut memang tidak bisa memproduksi sperma dengan baik.

Selain beberapa faktor di atas, gaya hidup juga sangat berpengaruh terhadap kualitas sperma seorang pria. Adapun beberapa factor yang menyebabkan buruknya kualitas sperma seseorang adalah kebiasan merokok, minum minuman beralkohol, gaya hidup bebas yang menyebabkan meningkatnya potensi infeksi. Kebiasaan memakan makanan yang banyak mengandung kolesterol tinggi dan lemak, makan tidak teratur, dan sering tidak teratur tidur. Karena itu, untuk memperbaiki kualitas sperma, kaum pria disarankan untuk menjalani gaya hidup sehat.

Dunia kedokteran memiliki beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi sperma bermasalah ini. Adalah pengobatan assisted reproductive technology atau suatu pengobatan untuk permasalahan reproduksi yang dibantu untuk mengatasi permasalahan pada sperma. Tersedia tiga pilihan untuk sperma yang bermasalah ini. Pilihanya adalah dengan pengobatan medikamentosa, inseminasi buatan dan bayi tabung.

Tips Cepat Punya Anak
1. Hidup sesehat mungkin, menerapkan gaya hidup sehat merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan pasangan yang ingin cepat punya anak.
2. Berhenti merokok, merokok dapat menyebabkan kualitas sperma menjadi berkurang.
3. Makan makanan yang sehat
4. Cukup istirahat dan cukup tidur
5. Cukup berolahraga.

Sumber : http://morulaivf.blogspot.com/2008/12/65-persen-sulit-punya-anak-disebabkan.html

Jumat, 03 Desember 2010

Semen

Spermatozoa diproduksi dalam testis, ketika bercampur dengan cairan kelenjar sex aksesori, menjadi semen (biasanya dikenal juga sebagai ejakulat).
Mekanisme neurofisik yang menginduksi emisi dan ekspulsi adalah orgasme. Orgasme pada manusia tergantung pada mekanisme feedback antara stimulasi langsung penis dan eksitasi sistem saraf pusat. Sekali orgasme terjadi, emisi dan ekspulsi seharusnya secara otomatis terjadi.
Semen manusia mempunyai volume yang bervariasi antara satu individu dengan individual lain tetapi berukuran antara 2 sampai 6 ml. Dapat dipakai untuk mengetahui perubahan yang terjadi di cairan seminal dalam menentukan letak lesi penyebab infertilitas. Sangat penting untuk mengetahui asal ejakulat dan proporsi masing – masing komponen.
Sekresi yang membentuk ejakulat :
- Testis 5 %
- Vesika seminalis 46 – 80 %
- Prostat 13 – 33 %
- Kelenjar bulbourethra dan urethra 2 – 5 %



Infertilitas Pria

anton.smc@gmail.com
anton.smc@klinikandrologi.com

Secara tradisional, wanita adalah pihak yang memikul tanggungjawab atas kegagalan kehamilan berdasar logika semu bahwa “karena ia tidak hamil, maka pasti dia lah penyebab ketidakhamilan itu.” Pada kenyataannya, kapasitas reproduksi pria telah dibuktikan menurun pada tidak kurang dari 50% pasangan infertil. Ini merupakan evaluasi penelitian sebagaimana yang dirujuk pada penderita umum.








Evaluasi pihak pria harus dilakukan pada setiap pasangan yang datang berkonsultasi untuk infertilitas, dan harus dilakukan pada awal pemeriksaan pasangan. Pemeriksaan pada pria :
- lebih mudah (simple),
- lebih murah (affordable),
- tidak menimbulkan rasa sakit (non invasif),
- segera menghasilkan kategori diagnostik.

Beberapa diagnosis penyebab dapat timbul bersamaan. Kategorisasi diagnostik lebih bertujuan ke arah strategi pengobatan daripada perincian subklasifikasi akademik tanpa dampak langsung ke penatalaksanaan klinis.


Atlas of Human Sperm Morphology Evaluation, 2004

Clinical Atlas of Sperm Morphology, 2007

Laboratory Manual in Assisted Reproductive Technology, 2006

Andrology At Ur Doorstep, 2008

The Sperm Cell, 2006

Dynamics of the Mammalian Sperm Head, 2009

Sperm Banking, 2009

Sperm Collection and Processing Methods, 2003

Interpretaion of Semen Analysis Results, 2001

WHO Laboratory Manual Edisi 4, 1999

Practical Laboratory Andrology, 1994

Basic Laboratory Andrology, 2010

WHO Laboratory Manual Edisi 5, 2010

Morfologi Spermatozoa


Bentuk Normal Sperma

Morfologi yang terlihat pada mikroskop bukanlah morfologi dari spermatozoon hidup, tetapi citra yang kita buat. Citra ini tergantung pada beberapa faktor, seperti : spermiogenesis, transport sperma, pematangan, aging, lamanya di plasma semen, teknik pengecatan, fiksasi, pewarnaan maupun kualitas mikroskop yang dipergunakan.

Pewarnaan dan pengecatan dengan kualitas tinggi sangat penting ketika melakukan morfologi sperma. Setiap spermatozoon tanpa ”cacat” secara morfologi adalah normal, diluar itu adalah abnormal.

Evaluasi yang dilakukan meliputi : kepala, midpiece, dan ekor pada 200 spermatozoa.

Kriteria morfologi sperma disebut normal bila

  • Kepala : berbentuk oval, akrosom menutupi 1/3nya, panjang 3-5 mikron, lebar ½ s/d 2/3 panjangnya.

  • Midpiece : langsing (< ½ lebar kepala), panjang 2x panjang kepala, dan berada dalam satu garis lengan sumbu panjang kepala.

  • Ekor : batas tegas, berupa garis panjang 9 x panjang kepala.

Istilah-istilah yang dipakai pada bentuk yang abnormal adalah :

  • Makro : 25 % > kepala normal

  • Mikro : 25 % < kepala normal

  • Taper : kurus, lebar kepala ½ yng normal, tidak jelas batas akrosom, memberi gambaran cerutu

  • Piri : memberi gambaran ”tetesan air mata”

  • Amorf : Bentuk kepala yg ganjil, permukaan tidak rata, tidak jelas batas akrosom

  • Round : bentuk kepala seperti lingkaran, tidak menunjukkan akrosom

  • Piri : tidak jelas adanya kepala yg nyata, tampak midpiece dan ekor saja

  • Cytoplasmic droplet : menempel pada kepala atau midpiece, lebih cerah

  • Ekor abnormal : pendek / spiral / permukaan tidak halus / ganda


Pemeriksaan Analisa Sperma





PEMERIKSAAN PARAMETER SPERMA
Parameter-parameter sperma dapat dinyatakan secara :
1. Kuantitatif, misalnya volume, jumlah spermatozoa/ml, kadar fruktosa.
2. Semi kuantitatif, misalnya viskositas sperma, motilitas spermatozoa.
3. Kuantitatif, misalnya bau dan warna sperma.

Yang akan dibahas berikut adalah pemeriksaan parameter-parameter sperma pada analisa sperma dasar (rutin).

Analisis sperma dasar dilakukan menurut tahapan sebagai berikut :

1. Pemeriksaan makroskopis.
Segera setelah sperma diejakulasikan, hendaknya diamati dalam wadah pe-nampung :
1. Ada/tidaknya koagulum
2. Warna sperma
3. Bau sperma
4. Proses likuefaksi sperma

Setelah proses likuefaksi selesai, ditentukan parameter sebagai berikut :
1. Volume sperma
2. pH sperma
3. Kekerasan dan warna sperma
4. Viskositas sperma

2. Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan setelah proses likuefaksi selesai.
Pemeriksaan ini meliputi :
1. Pergerakan spermatozoa
2. Kepadatan spermatozoa
3. Morfologi spermatozoa
4. Ada/tidaknya aglutinasi spermatozoa
5. Adanya sel bundar (Round cells)
6. Mikroorganisme
7. Partikel lepasan dan kristal

INTERPRETASI SPERMIOGRAM
Interprestasi spermiogram sampai saat ini adalah berdasarkan pada 3 parameter pokok, yakni : 1. Jumlah spermatozoa/ml
2. Persentase spermatozoa motil
3. Persentase spermatozoa berbentuk normal

Dengan perkataan lain, penilaian dititik beratkan pada spermatozoa. Walaupun demikian, parameter-parameter sperma yang lain tidak selalu dapat kita abaikan nilainya. Misalnya sperma yang tidak mengandung spermatozoa dengan volume kecil dan pH asam, memberikan dugaan suatu kelainan konginital tertentu dari sistem reproduksi pria.

Jumlah spermatozoa/ml

Jumlah spermatozoa/ml yang menjadi pegangan untuk dikatakan cukup, kurang ataupun berlebih adalah 20 juta/ml. Istilah yang dipakai adalah sbb :

0 Juta/ml disebut Azoospermia
> 0 - 5 Juta/ml disebut Ekstrimoligozoospermia
< 20 juta disebut oligozoospermia
> 250 Juta/ml disebut Polizoospermia
Jumlah spermatozoa 20 – 250 juta/ml sudah dianggap masuk dalam batas-batas yang normal.

PROSENTASE SPERMATOZOA MOTIL

Kualitas pergerakan spermatozoa disebut baik bila 50% atau lebih spermatozoa menunjukkan pergerakan yang sebagian besar adalah gerak yang cukup baik atau sangat baik (grade II/III). Gradasi menurut W.H.O. untuk pergerakan spermatozoa adalah sebagai berikut :

0 = spermatozoa tidak menunjukkan pergerakan

1 = spermatozoa bergerak ke depan dengan lambat

2 = spermatozoa bergerak ke depan dengan cepat

3 = spermatozoa bergerak ke depan sangat cepat

Bila spermatozoa yang motil kurang dari 50%, maka spermatozoa disebut astenik. Istilah yang digunakan adalah Astenozoospermia.


PERSENTASE MORFOLOGI NORMAL

Spermatozoa disebut mempunyai kualitas bentuk yang cukup baik bila ≥ 50% spermatozoa mempunyai morfologi normal. Pemeriksaan morfologi men-cakup bagian kepala, leher dan ekor dari spermatozoa.
Bila > 50% spermatozoa mempunyai morfologi abnormal, maka keadaan ini di sebut teratozoospermia.
Dengan pegangan ketiga parameter pokok tersebut di atas, maka didapat kesan atau “diagnosis” spermatologis dalam istilah-istilah sbb :

  • Normozoospermia

  • Oligozoospermia

  • Extrimoligozoospermia

  • Astenozoospermia

  • Ekstrimoligoastenozoospermia

  • Oligoastenozoospermia

  • Oligoastenoteratozoospermia

  • Astenoteratozoospermia

  • Poliastenozoospermia

  • Azoospermia

Parameter sperma yang lainnya juga mempunyai nilai informatif untuk penilaian fungsi kelenjar Seks asesori pria, sehingga perlu dicantumkan dalam spermiogram. Parameter-parameter tersebut adalah :

1. Volume : Umumnya 2 – 4 ml.

2. Warna : Lazimnya putih keabuan agak keruh, atau sedikit kekuningan.

3. Bau : Khas spesifik sperma, atau “langu”

4. pH : 7.2 – 7.7

5. Koagulum : Normal terdapat sesaat setelah sperma diejakulasi dan tidak tampak lagi setelah 20 menit, oleh karena proses likwefaksi telah selesai.

Bila proses likuefaksi belum selesai/sempurna dalam waktu 20 menit, kita sebut waktu likuefaksi memanjang.

6. Viskositas : - Normal : waktu tetesan 1 – 2 detik

7. Aqlutinasi : - Normal : tidak terdapat aqlutinasi sejati.

8. Lekosit : - sebagai batasan, sperma normal tidak mengandung lekosit lebih dari satu juta/ml. Sperma yang mengandung lebih dari 1 juta lekosit per ml disebut sebagai sperma yang mengalami pencemaran.

Persiapan Pemeriksaan Analisa Sperma

Kepada pria yang hendak memeriksakan spermanya, hendaknya dokter atau petugas laboratorium menjelaskan hal-hal seperti berikut :
1. Keadaan pria hari pemeriksaan hendaknya cukup sehat, tidak dalam keadaan letih atau lapar dan cukup beristiraahat.
2. Sperma dikeluarkan setelah didahului oleh abstinensia seksual (tidak ejakulasi dengan cara apapun) selama 3 - 4 hari (rekomendasi WHO abstinensia 2 sampai 7 hari).
3. Sperma dikeluarkan secara mastrurbasi di Laboratorium, dan harus di tampung secara utuh.

Dalam keadaan dimana pria tidak dapat mengeluarkan sperma di laboratorium Andrologi, maka boleh yang bersangkutan mengeluarkan di tempat lain, misalnya di rumah dengan memperhatikan hal-hal berikut :
1. Masturbasi tidak diperkenankan memakai bahan pelicin seperti sabun, minyak dan lain-lainnya.












2. Wadah penampung harus terbuat dari gelas yang sudah dicuci bersih dan dibilas berulang-ulang untuk menghilangkan sisa sabun/ditergen yang di pakai. Botol sebaiknya bermulut lebar, mempunyai volume 20-50 ml.
Tidak diperkenankan menampung sperma kedalam kondom berbahan latex yang dijual bebas (kecuali dengan menggunakan kondom yang diproduksi khusus untuk penampungan sperma / condom sperm friendly). Gelas penampung ditutup cukup dengan kertas biasa (atau menggunakan wadah penampung khusus sperma / andrology pack #1 (sterile semen container).











3. Sperma yang sudah tertampung segera dalam waktu setengah jam sudah di serahkan kepada petugas Laboratorium. Dalam perjalanan menuju Laboratorium suhu sperma dipertahankan sekitar 25-35oC, misalnya dalam kantong pakaian yang dikenakan.

Untuk pemeriksaan bakteriologis/perbenihan, maka terdapat suatu prosedur yang lebih khusus. Hal ini tidak akan dibahas disini.